Dalam Islam, bekerja bukan hanya sebuah aktivitas memenuhi kebutuhan finansial semata, melainkan juga sebuah ibadah yang dianjurkan dan memiliki nilai spiritual. Umat Muslim diwajibkan untuk bekerja dengan penuh kesungguhan dan niat yang ikhlas, karena bekerja merupakan bagian dari memenuhi tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi.

Lebih lanjut, Allah menjanjikan tempat indah Allah bagi hamba yang beriman dan senantiasa bekerja dan beramal baik. Mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal atas segala amal saleh yang telah dilakukan.

Balasan tersebut adalah surga, sebuah tempat penuh kenikmatan abadi yang merupakan manifestasi dari rahmat Allah yang tak terbatas. Simak firman Allah berikut:

فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِيْ رَحْمَتِهٖۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِيْنُ ۝٣

fa ammalladzîna âmanû wa ‘amilush-shâliḫâti fa yudkhiluhum rabbuhum fî raḫmatih, dzâlika huwal-fauzul-mubîn

Artinya, “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Tuhan akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah kemenangan yang nyata.

Tafsir Al-Misbah

Profesor Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, ayat 30 surat Al-Jatsiyah ini memberikan gambaran yang sangat jelas tentang ganjaran bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Allah SWT berjanji akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya, yaitu surga.

Surga ini merupakan tempat yang penuh kenikmatan abadi, jauh dari segala bentuk penderitaan. Janji surga ini menjadi motivasi bagi setiap muslim untuk terus meningkatkan kualitas iman dan amalnya. Keimanan yang sejati tidak hanya sebatas pengakuan lisan, tetapi juga dibuktikan dengan perbuatan nyata yang baik.

Istilah “amal” dalam Surat Al-Jatsiyah ayat 30 memiliki cakupan yang sangat luas. Ia merujuk pada semua tindakan yang dilakukan manusia, baik yang berorientasi ibadah maupun aktivitas sehari-hari.

Tidak hanya terbatas pada ibadah ritual seperti shalat dan puasa, amal saleh juga meliputi tindakan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk usaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga.

Dalam pandangan Islam, bekerja untuk mencari nafkah adalah bentuk ibadah yang juga diganjar pahala jika dilakukan dengan niat yang ikhlas. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai usaha dan kerja keras dalam mencari rezeki yang halal, sehingga seseorang tidak menjadi beban bagi orang lain.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW melalui hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, beliau menekankan pentingnya bekerja dan berusaha sendiri daripada bergantung kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ

Artinya, “Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Konsep ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah Al-Isra’ Ayat 84, yang menegaskan bahwa setiap orang hendaknya bekerja sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Allah menciptakan manusia dengan berbagai potensi dan keunikan, sehingga amal yang dilakukan harus mencerminkan keahlian dan kemampuan tersebut.

قُلْ كُلٌّ يَّعْمَلُ عَلٰى شَاكِلَتِهٖۗ فَرَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ اَهْدٰى سَبِيْلًا ࣖ

Artinya, “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.” Maka, Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.

Tafsir Ibnu Katsir

Dalam Tafsir Al-Qur’an al-Azhim, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Surah Al-Jatsiyah ayat 30 memerintahkan manusia beriman untuk bekerja. Setiap perbuatan, baik besar maupun kecil, akan tercatat dan dihisab di hadapan Allah.

Ibnu Katsir mengingatkan bahwa dalam setiap amal perbuatan, niat yang ikhlas dan usaha yang sungguh-sungguh menjadi kunci utama. Dengan demikian, penting bagi setiap orang untuk selalu menjaga niat dan menjalankan amal sesuai dengan syariat Islam.

Lebih lanjut, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bagi mereka yang beriman dan senantiasa berbuat baik, Allah SWT telah menyiapkan balasan yang sangat besar. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah SWT, yaitu surga.

Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa surga akan menyambut hamba-hamba Allah yang taat dan ikhlas. Ibnu Katsir menjelaskan:

﴿فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصّالِحاتِ﴾ أي آمنت قلوبهم وعملت جوارحهم الأعمال الصالحات وهي الخالصة الموافقة للشرع ﴿فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ﴾ وهي الجنة كما ثبت في الصحيح أن الله تعالى قال للجنة

Artinya, “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,” yaitu hati mereka beriman dan anggota tubuh mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang ikhlas dan sesuai dengan syariat, “maka Tuhan mereka akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya,” yaitu surga, sebagaimana yang ditegaskan dalam hadits shahih bahwa Allah ta’ala berfirman kepada surga.” (Tafsir Al-Qur’an al-Adzim, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyah, 1998], jilid VII, halaman 250).

Tafsir Munir

Dalam tafsirnya terhadap Surat Al-Jatsiyah ayat 30, Syekh Wahbah Zuhaili menggarisbawahi janji Allah SWT terhadap umat manusia di hari kiamat. Ayat ini dengan jelas membedakan nasib orang beriman dan kafir.

Bagi mereka yang beriman dan senantiasa beramal saleh, Allah telah menyiapkan surga sebagai balasan. Surga ini bukan sekadar tempat, melainkan wujud nyata dari rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba yang taat. Syekh Wahbah berkata:

أي فأما المصدقون بالله وكتبه ورسله واليوم الآخر، والذين عملوا الأعمال الصالحة وهي الخالصة الموافقة للشرع، فيدخلهم ربهم الجنة، وذلك أي الإدخال فيها هو الظفر بالمطلوب، وهو الفلاح والنجاح الظاهر الواضح.

Artinya, “Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, serta orang-orang yang mengerjakan amal-amal saleh, yaitu amal-amal yang ikhlas dan sesuai dengan syariat, maka Tuhan mereka akan memasukkan mereka ke dalam surga. Dan memasukkan mereka ke dalam surga itulah keberhasilan yang diinginkan, yaitu kebahagiaan dan kesuksesan yang nyata dan jelas.” (Tafsir Munir, [Beirut: Darul Fikr Muashir, 1991 M], jilid XXV,  halaman 291).

Konsep surga sebagai manifestasi rahmat Allah diperkuat oleh hadits Nabi Muhammad. Surga, menurut hadits tersebut, adalah wujud nyata dari kasih sayang Allah yang diberikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Dengan kata lain, surga adalah hadiah terindah dari Allah bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Nabi bersabda:

إن الله تعالى قال للجنة: أنت رحمتي، أرحم بك من أشاء

Artinya; “Sesungguhnya Allah ta’ala berfirman kepada surga: ‘Engkaulah rahmat-Ku, Aku akan perlihatkan rahmat-Ku kepadamu kepada siapa saja yang Aku kehendaki’.”

Dengan demikian, surat Al-Jatsiyah ayat 30 memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya etos kerja yang baik bagi seorang Muslim. Ayat ini menekankan bahwa keimanan dan amal saleh harus menjadi landasan utama dalam setiap aktivitas.

Seorang Muslim seyogianya tidak hanya bekerja dengan tekun dan penuh tanggung jawab, tetapi juga melakukannya dengan niat yang tulus demi meraih ridha Allah. Dengan menjadikan iman dan amal saleh sebagai dasar dalam bekerja, seorang Muslim dapat mencapai keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Wallahu a’lam.

Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam, tinggal di Parung



Source link